Friday, October 20, 2017

TINGKATAN MANUSIA DIDALAM BERTAUBAT

Yakk sudah lama nggak berjumpa kali ini saya akan mejelaskan tentang Taubat
Orang yang bertaubat itu dibagi menjadi 4 tingkat yaitu:

A.Tingkat Pertama

Orang durhaka yang bertaubat dan menetapi taubatnya sampai akhir hayatnya. Ia menyadari kesalahannya yang telah lalu dan tidak akan menceburkan dirinya kembali dalam dosa, kecuali beberapa kesalahan kecil, dimana biasanya seseorang tidak bisa terhindar daripadanya selama tidak berada dalam derajat kenabian.

Inilaha yang disebut istiqamah dalam bertaubat, pelakunya bercepat-cepat dalam menjalankan kebagusan, mengganti kejahatan dengan kebaikan. Taubat ini disebut taubat nasuhah dan nafsu yang telah tenang itu dinamakan nafsu mutmainnah, yang akan kembali ke Tuhannya dengan keadaan ridha dan diridhai.

B.Tingkat Kedua

Orang bertaubat yang menetapi istiqamah dalam pokok-pokok perbuatan taat dan menjauhi dosa-dosa yang bisa dikerjakannya tanpa suatu kesengajaan yang khusus. Bahkan setalah ia mengerjakannya, kemudian mencela nafsunya, menyesal dan bersedih. Selanjutnya ia memperbaharui tekadnya, berjaga-jaga setiap gejala yang akan membawanya ke arah dosa sebagaimana yang telah terjadi.

Jiwa yang sperti ini patut disebut nafsu lawwamah, yaitu jiwa yang selalu menegur diri. Sebab ia mencela pemiliknya atas perbuatannya yang mencebur diri ke perbuatan yang tercela, sekalipun tanpa tekad yang bulat.

Tingkat ini termasuk tingkat tinggi, walaupun tidak setinggi tingkat pertama. Sebab unsur kejelekan telah tercampur dalam format dan bentuk anak turun Adam, sedikit sekali yang bebas daripadanya. Hanya saja tujuan usahanya adalah agar kebaikannya bisa mengalahkan kejelekan. Dengan demikian timbangannya lebih berat dan daun timbangan yang berisi kebaikan itu lebih berat daripada yang berisi kejahatan.

C.Tingkat Ketiga

Orang yang bertaubat dan istiqamah dalam taubatnya dalam suatu waktu, tetapi kemudian ia dikalahkan oleh dorongan syahwat, dia tak berdaya menghadapi meluapnya syahwat. Hanya saja disamping itu, dia terus melaksanakan perbuatan taat dan meninggalkan sejumlah dosa. Dalam kondisinya yang demikian itu, ia terus berharap semoga Allah memberi kemampuan kepadanya mengatasi dosa tersebut dan mencukupkan sampai disitu. Begitulah harapannya ketika melaksanakan syahwat itu, sedang bila telah selesai ia menyesal dan berkata: “Alangkah bahagianya seandainya saya tidak mengerjakannya. Saya akan bertaubat daripadanya dan berusaha sekuat daya untuk bisa mengatasinya.” Akan tetapi dia dibuat tak berdaya lagi oleh nafsunya taubatpun dirusak berkali-kali, hari demi hari. Jiwa semacam ini disebut nafsu musawwalah(jiwa yang diperintah)

Apabila Allah memberikan anugerah kepadanya serta memperhitungkan taubatnya, maka ia termasuk golongan yang beruntung. Tapi jika ia dikalahkan oleh keburukan dan dikuasai oleh syahwatnya maka ia dikhawatirkan bahwa menurut ketentuan azali ia harus berakhir celaka. Seorang pelajar tidak mau bersungguh-sungguh dalam belajar misalnya, perilakunya itu menunjukkan menurut ketentuan azali dia orang bodoh, sedikit harapan baginya untuk menjadi ilmuwan. Sebaliknya jika terus menerus ia dimudahkan mencapai sebab-sebab untuk berhasil, maka itu sebagai indikasi bahwa ketentuan azalinya, ia akan menjadi orang alim.

Oleh sebab itu sangatlah dikhawatirkan datang penutup sebelum bertaubat. Setiap tarikan nafas sangat mungkin berpeluang sebagai penutup. Karena itu hendaknya diperhatikan nafas itu, jika tidak bisa jatuh dalam hal yang menghawatirkan, sehingga ia berada dalam kerugian tak berkesudahan yang tiada guna lagi disesali.

D.Tingkat Keempat

Orang yang bertaubat dan berjalan secara istiqamah beberapa waktu, lalu kembali mengerjakan suatu atau beberapa dosa, tanpa ada rencana bertaubat dan tidak pula menyesal atas perbuatannya, bahkan ia terus bergelimang dalam kemaksiatan bagaikan orang yang lalai melampiaskan hawa nafsunya.

Orang semacam ini, merupakan orang yang terus menerus melakukan maksiat dan jiwanya ini disebut ammarah bissu’ yaitu nafsu yang memerintah kepada kejahatan dan lari dari kebaikan. Dengan begitu dikhawatirkan akan mengakhiri hidupnya dengan jahat (su-ul khatimah). Urusannya terserah kehendak Allah, jika dikehendaki oleh-Nya mendapat akhir hayat yang baik dan mati dalam ketauhidan, maka ia boleh menantikan api penyucian dineraka sekian lama.

TERIMA KASIH TELAH BERKUNJUNG

Jangan lupa kunjungi channel youtube saya
naufal azhari

No comments:

Post a Comment