Saturday, November 25, 2017

TEMPAT MASUKNYA SETAN


Dalam Al-Qur’an Allah Subhanahu wa Ta’ala telah menerangkan dengan jelas bahwa hasutan, tipu daya, bujukan setan itu nyata dan wujud dalam keseharian manusia. Keraguan, kebimbangan, dan lain sebagainya merupakan jalan yang ditempuh setan untuk membinasakan manusia sehingga terjebak dalam lumpur dosa dan nestapa tanpa akhir.

Namun apa bedanya diantara beberapa cara yang ditempuh setan untuk menjerumuskan manusia? Cara apa yang digunakan setan untuk menipu manusia? Bagaimana setan menarik manusia hingga jatuh ke dalam dosa? Bagaimana setan menakut-nakuti para hamba Allah? Bagaimana mungkin manusia yang telah jatuh dalam kesesatan kemudian setan pergi meninggalkannya?

Sebelum kita mulai menjawab pertanyaan diatas hendaknya perlu diketahui lebih dulu, bahwa keraguan itu adakala dari setan dan dari sifat manusia itu sendiri yang pada dasarnya kedua bentuk itu akan menjerumuskan manusia dalam kesesatan. Al-Qur’an menyebutkan bahwa jiwa manusia terbagi tiga macam. Ada yang disebut jiwa baik dan sehat(thayibah), jiwa tawwamah dan amarah bis-su’i.

Jiwa thayibah ini akan selalu merangsang manusia untuk selalu berbuat baik dan benar, sedangkan sifat lawwamah cenderung mengajak manusia melakukan dosa dan keburukan, namun sifat itu tidak konsisten karena sekali waktu ada rangsangan untuk berbuat baik, namun dilain waktu mengajak pula dalam keburukan dan ajakan ke arah ini lebih banyak rangsangannya. Sedangkan jiwa amarah bis-su’i hanya terus merangsang pada keburukan tanpa merasakan sedikitpun penyesalan atas perbuatannya itu, sehingga tujuan hidupnya hanya keburukan, dan keburukan itu menjadi kebiasaan hidupnya.

sifat ragu-ragu pun dibagi menjadi 2 macam yaitu keraguan (was-was) yang berasal dari hasutan setan kepada manusia, dan keraguan yang timbul dari diri manusia sendiri. Lalu bagaimana membedakannya?

Setan itu akan selalu mengajak manusia dalam kesesatan selamanya dan tidak penting bagi setan bentuk apa dosa itu, yang terpenting baginya manusia harus melakukan dosa itu. Ketika setan menggoda manusia dengan harta yang tidak halal, tidak semerta-merta setan berhenti menghasut ketika orang berhasil mencuri, merampok, atau merampas harta, tapi terus membujuk dengan membayangkan betapa nikmatnya berzina dengan hasil curiannya itu. Setelah zina dilakukan mulai membayangkan lagi bahwa hal itu belum seberapa jika belum minum minuman keras, narkoba, dan lain sebagainya. Disaat itu pula setan menutup jalan menuju ketaatan dari orang itu, dari keenggananya untuk beribadah atau ketaatan lainnya. Ataupun jika hendak melakukan ketaatan dilakukannya dengan berbagai cara yang menarik perhatian orang bahwa ia sedang berbuat baik.

Perlu kita ketahui bahwa cara-cara setan ketika menghasut manusia tidak dilakukan dengan cara paksaan atau kekerasan, namun dilakukan dengan cara yang halus, penuh perhitungan, dan secara teratur. Seperti ketika datang adzan misalnya, setan menggoda seseorang yang tengah menyaksikan sebuah sinetron atau film, setan membisikkan bahwa waktu shalat itu panjang dan lakukan saja setelah sinetron atau film itu selesai. Namun ketika sinetron itu selesai tiba-tiba teringat pekerjaan yang harus dikerjakan segera kemudian ia menelpon seseorang. Setelah itu tiba-tiba ia merasa lapar dan akhirnya makan dulu atau tiba-tiba ada keperluan mendadak dan dia harus keluar rumah untuk menyelesaikan keperluannya itu, dan seterusnya, hingga ia lupa mengerjakan shalat itu. Begitu pula bagi seorang pengusaha, manager, pelayan toko atau lainnya, hasutan setan datang ketika tiba-tiba datang pelanggan atau konsumen yang datang dengan serta-merta shalat itu ditangguhkn dulu karena takut hilang kesempatan mendapatkan uang sehingga hilang waktu shalat dan perbuatan ini dijustifikasi pula bahwa pekerjaan itu adalah bagian dari ibadah pula. Begitu pula hasutan ini ditujukan kepada orang yang hendak beribadah, seorang yang berwudhu misalnya ragu apakah ia telah berwudhu sebagaimana mestinya hingga mengulang-ngulang wudhunya, atau dalam shalat yang tiba-tiba lupa berapa jumlah rakaat yang telah dilakukannya, dan lain sebagainya.

Dengan demikian setan tidak peduli dosa apa yang akan dieperbuat manusia, yang penting baginya adalah bagaimana manusia jatuh dalam dosa.

Sedangkan jika keraguan itu datang dari manusia itu sendiri, maka ia hanya tertarik melakukan satu dosa saja dan tidak mengulanginya di kesempatan lainnya, dan tidak tertarik melakukan dosa lainnya.

TERIMA KASIH TELAH BERKUNJUNG

Jangan Lupa Subscribe My Channel You Tube
Naufal Azhari

No comments:

Post a Comment