Monday, December 4, 2017

PERBEDAAN ANTARA DUA KERAGUAN


Untuk membedakan antara keraguan dan kebimbangan yang berasal dari hasutan setan atau yang berasal dari jiwa manusia itu sendiri, jika keraguan itu ada pada diri Anda dan terus menghasut Anda untuk terus melakukan dosa dengan menghayalkan kenikmatannya, maka keraguan itu datangnya dari setan. Namun jika keraguannya hanya sebatas satu macam dosa saja dan Anda tertarik untuk berbuatnya maka keraguan itu datang dari diri Anda sendiri.

Dengan demikian iblis akan selalu datang dari setiap celah yang dianggapnya sebagai kelemahan manusia itu. Jika seorang itu dianggap teguh oleh setan dalam hal tertentu misalnya, maka ia akan datang dari celah lain yang dianggap lemah dan dapat digodanya. Seseorang yang teguh mengamalkan shalat 5 waktu misal, akan datang iblis menggodanya dengan cara lain. Misalnya mengiming-imingnya harta sehingga berusaha agar orang itu tidak mengeluarkan zakat, sedekah, infak, contoh lain yaitu korupsi, mengambil uang rakyat, dan lain sebagainya dengan anggapan bahwa uang tersebut adalah haknya dan dengan harta ini ia berangan-angan bahwa hidupnya kelak tidak akan pernah kekurangan. Namun sebenarnya yang dapat menambah banyaknya harta adalah dengan jalan shadaqah. Seperti yang dikatakan oleh Nabi Muhammad Shallallahu Alaihi wa Sallam:



”Tidaklah berkurang harta seseorang jika bersedekah .” (HR. Muslim)

Mungkin kita perlu mendengar cerita Tsa’labah, seseorang yang pernah meminta kepada Nabi Muhammad agar beliau sudi mendoakannya agar ia memiliki harta yang berlimpah. Kemudian Nabi Muhammad berkata kepadanya “Bersyukur dengan sedikit harta lebih baik dari pada banyak tapi tidak bersyukur.” Namun Tsi’labah besikeras agar beliau mendoakannya, kemudian Nabi Muhammad mendoakannya agar ia menjadi orang kaya di Madinah. Mulailah Tsi’labah shalat jamaah bersama Nabi Muhammad, pengajian bersama beliau, sekali-sekali hadir dan dilain waktu absen. Sehingga suatu saat ia hanya datang ke masjid untuk shalat Jum’at saja, kemudian setelah itu tidak sama sekali bahkan sama sekali tidak mengeluarkan zakat dengan anggapan bahwa zakat itu tidak lain hanya pajak saja. Sehingga turunlah ayat:

{وَمِنْهُمْ مَنْ عَاهَدَ اللَّهَ لَئِنْ آتَانَا مِنْ فَضْلِهِ لَنَصَّدَّقَنَّ وَلَنَكُونَنَّ مِنَ الصَّالِحِينَ (75) فَلَمَّا آتَاهُمْ مِنْ فَضْلِهِ بَخِلُوا بِهِ وَتَوَلَّوْا وَهُمْ مُعْرِضُونَ (76) فَأَعْقَبَهُمْ نِفَاقًا فِي قُلُوبِهِمْ إِلَى يَوْمِ يَلْقَوْنَهُ بِمَا أَخْلَفُوا اللَّهَ مَا وَعَدُوهُ وَبِمَا كَانُوا يَكْذِبُونَ (77)

”Dan diantara mereka ada orang yang telah berikrar, kepada Allah: “Sesungguhnya jika Allah memberikan sebagian karunia-Nya kepada kami, pastilah kami akan bersedekah dan pastilah kami termasuk orang-orang yang shaleh. Maka setelah Allah memberikan kepada mereka sebagian dari karunia-Nya, mereka kikir dengan karunia itu, dan berpaling, dan mereka memanglah orang-orang yang selalu membelakangi (kebenaran). Maka Allah menimbulkan kemunafikan pada hati mereka sampai kepada waktu mereka menemui Allah, karena mereka telah memungkiri terhadap Allah apayang mereka ikrarkan kepada-Nya dan juga selalu menentang (kebenaran).”(QS. At-Taubah: 75-77)

Ketika turun ayat ini, sadarlah Tsa’labah atas perbuatannya, kemudian ia bermaksud membayar zakat yang selama ini luput kepada Nabi Muhammad, namun beliau menolaknya. Di zaman Abu Bakar ra, Tsa’labah berniat mengeluarkan zakat lagi namun ditolaknya pula. Begitu pula di masa pemerintahan Umar yang menolaknya pula, hingga akhir hayatnya zakat yang hendak dikeluarkannya tidak pernah ada yang mau menerimanya.

Dari kisat diatas betapa setan terus merayu secara terus menerus sehingga merubah manusia yang taat berubah menjadi manusia yang pendosa dari kisah-kisah seperti ini masih banyak yang menunjukkan bahwa setan terus mencari sudut kelemahan dalam diri manusia hingga ia berhasil menjatuhkannya dalam maksiat.

Perlu diingat bahwa setan tidak saja menempuh jalan yang buruk untuk menggoda manusia, namun juga memberikan ilusi yang indah dan menawan sehingga jiwa manusia tertarik melakukannya dan bahkan dimudahkan dalam melaksanakannya. Seorang yang hidup dalam kesulitan ekonomi misalnya, digoda untuk mencari uang dengan cara termudah tanpa kerja keras. Misal mencopet, dengan kata lain sewaktu setan membujuk orang itu untuk mencopet ia dimudahkan pula dalam melaksanakannya. Sehingga setan mampu menggoda manusia dengan mudah dan tidak akan manusia-manusia menghalanginya seperti beredarnya darah dalam diri manusia sesuka hati tanpa terhalang apapun. Namun bujukan setan itu akan mendapat perlawanan keras manakalah seorang hamba selalu dalam ketaatan dan berlindung kapada Allah Subhanahu wa Ta’ala.

Salah satu cara lainnya yang sering ditempuh iblis adalah dengan caraa berdusta atas Nabi Muhammad, dengan menghalalkan yang haram ataupun sebaliknya seperti ketika seseorang berkata, “Hukum ini tidak ada dalam Al-Qur’an jadi tidak mengapa melakukannya,” padahal dalam Al-Qur’an sendiri sudah menyebut Nabi Muhammad sebagai panutan umatnya:

مَا أَفَاءَ اللَّهُ عَلَىٰ رَسُولِهِ مِنْ أَهْلِ الْقُرَىٰ فَلِلَّهِ وَلِلرَّسُولِ وَلِذِي الْقُرْبَىٰ وَالْيَتَامَىٰ وَالْمَسَاكِينِ وَابْنِ السَّبِيلِ كَيْ لَا يَكُونَ دُولَةً بَيْنَ الْأَغْنِيَاءِ مِنْكُمْ ۚ وَمَا آتَاكُمُ الرَّسُولُ فَخُذُوهُ وَمَا نَهَاكُمْ عَنْهُ فَانْتَهُوا ۚ وَاتَّقُوا اللَّهَ ۖ إِنَّ اللَّهَ شَدِيدُ الْعِقَابِ

Apa saja harta rampasan (fai-i) yang diberikan Allah kepada Rasul-Nya (dari harta benda) yang berasal dari penduduk kota-kota maka adalah untuk Allah, untuk Rasul, kaum kerabat, anak-anak yatim, orang-orang miskin dan orang-orang yang dalam perjalanan, supaya harta itu jangan beredar di antara orang-orang kaya saja di antara kamu. Apa yang diberikan Rasul kepadamu, maka terimalah. Dan apa yang dilarangnya bagimu, maka tinggalkanlah. Dan bertakwalah kepada Allah. Sesungguhnya Allah amat keras hukumannya.(QS. Al-Hasyr: 7)

TERIMA KASIH TELAH BERKUNJUNG

Jangan Lupa Subscribe My Channel You Tube
Naufal Azhari

No comments:

Post a Comment